Kamis, 31 Desember 2009

PROFIL TNI YANG DAPAT JADI PANUTAN DI INDONESIA

PROFIL TNI YANG DAPAT JADI PANUTAN DI INDONESIA
Jenderal TNI (Purn) M Jusuf
Membangun Rumah Sakit Bukan Untuk Kaya
Oleh: Andi Suruji
GENDANG tradisional Bugis-Makassar bertalu-talu dipukulMenteri Kesehatan, Sujudi, sekitar pukul 10.00 Wita, Sabtu (13/11).Tepuk tangan hadirin bergemuruh panjang. Jenderal TNI (Purn)Muhammad Jusuf bersama istrinya, Elly Jusuf, menebar senyum. Itulah peristiwa kecil yang menandai peresmian selesainya renovasi Rumah Sakit Akademis (RSA) Jaury Ujung pandang, milikYayasan RSA Jaury yang diketuai mantan Ketua Bepeka, M Jusuf. Kendati renovasi dilakukan besar-besaran dan menelan dana tidak kecil, acara itu tetap sederhana -- sesederhana orang yang punya hajat. Tidak ada tumpukan kembang kiriman ucapan selamat. Acara juga hanya digelar di sebuah ruang yang tidak terlalu besar, nambuat suasana lapang. Di situ, hadir Menteri Negara Perencanaan Nasional/Ketua Bappenas Ginandjar Kartasasmita dan Men-PAN T.B Silalahi. "Mereka datang bukan sebagai menteri, tetapi saya undang sebagai pribadi, adik saya," ujar M Jusuf.
***
KETIKA menyampaikan ucapan terima kasihnya, Jusuf menguraikan kembali riwayat singkat rumah sakit yang dibangun semasa ia menjabat Panglima Kodam XIV Hasanuddin. "Rumah sakit ini dibangun tahun 1962 dari uang simpanan sebesar Rp 250.000. Uang simpanan itu sejak saya berpangkat kapten," ujarnya dalam logat Bugis yang khas. Ia menguraikan tiga misi pembangunan RS itu sejak awal. Pertama, sebagai memorial hospital untuk mengenang putra tunggalnya, Muhammad Jaury Taufiek Jusuf Putra (9 Desember 1954 - 31 Oktober1960). Kedua, sebagai rumah sakit akademis bagi mahasiswa kedokteran Universitas Hasanuddin (teaching hospital). Ketiga, tempat pertolongan bagi masyarakat yang memerlukannya, tanpa memandang golongan, keturunan, pangkat atau kemampuan membayar.
Sebagai anak tunggal, tentulah Jaury menjadi kesayangankeluarga. "Sudah takdir Tuhan, anak itu harus meninggal. Begitu sehat, tidak pernah sakit," kenangnya. Dipaparkan, kematian Jaury yang tragis akibat buruknya kondisi pelayanan kesehatan waktu itu. Tetapi sebagai memorial hospital, bukan sekadar mengenang kepergian Jaury. Lebih dari itu, suatu memorial atas upaya "memerangi" kondisi buruk pelayanan kesehatan masyarakat. Untuk saat itu dan jauh ke masa depan. Sebab ternyata -- ketika itu – jarum yang disuntikkan ke dalam tubuh Jaury, adalah jarum yang sudah expired, kedaluwarsa, sejak satu tahun.
"Ini suatu pelajaran. Sehingga saya putuskan, kita harus bangun rumah sakit di mana semua manusia bisa mendapat perawatan yang baik," ujar Jusuf mengenang. Tahun 1962 itu juga, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Ujung pandang masih kesulitan tempat praktek. Mereka harus ke Surabaya dan Jakarta, yang berarti butuh biaya besar. Mereka ini, kata Jusuf sambil menunjuk ke sejumlah dokter yang hadir, tahun yaribut-ribut saja di universitas, tapi kantungnya kosong. Jadi selain memorial hospital, juga sebagai tempat praktek bagi mahasiswa Unhas (teaching hospital - rumah sakit akademis).
"Inilah niat saya membangun rumah sakit ini. Tak pernah ada niat supaya nanti kita jadi kaya," katanya menegaskan.
***
DALAM usia 31 tahun, RSA Jaury yang peletakan batu pertamanya dilakukan sendiri oleh M Jusuf, 10 Juli 1962, ketiga misi yang dicanangkan semula tak pernah bergeser. Sebagai RS Akademis, sampai tahun 1993 ini sudah mencatat 1.800 orang dokter lulus berkat kehadirannya. Banyak di antara mereka kembali mengabdi di sana.Secara de facto, RSA Jaury adalah rumah sakit akademis satu-satunya bagi FK Unhas. Tetapi sejak awal Jusuf bertekad tidak akan meminta bantuan dari pemerintah. Sebagai tempat untuk memberi pertolongan bagi masyarakat yang memerlukannya, RSA Jaury telah menolong ribuan orang yang sakit namun tidak mampu berobat di rumah sakit swasta lainnya. Atau, mereka yang tidak memperoleh tempat perawatan di rumah sakit pemerintah. Banyak pasien datang dari wilayah pedalaman mendapat pengobatan yang maksimal di sini, tanpa harus membayar uang muka perawatan. Tidak ada istilah pasien ditolak karena tidak punya biaya. Jusuf merinci, rata-rata 42 persen dari total pasien yang dirawat, tidak mampu membayar pengobatannya.
Mungkin ini suatu hal yang mustahil -- terutama rumah sakit swasta yang berorientasi bisnis -- untuk menghidupi diri. Tetapi resep dari manajemen adalah back to basic mission. Kembali pada missi semula yaitu memprioritaskan pemberian pertolongan tanpa mempertimbangkan biaya yang harus ditanggung. Tekad tanpa pamrih Jusuf itu, diikuti pula para dokter dan paramedis yang mula-mula bekerja di situ. Tiga puluh tahun sesudah peletakan batu pertama, Prof Dr Ma'roef yang juga turut membidani kelahiran rumah sakit ini, menceritakan betapa para dokter dan paramedis itu bekerja tanpa menuntut honor atau gaji yang memadai.
Bukan berarti manajemen RSA tidak ditata baik. Dengan pengaturan yang ketat disertai semangat pengabdian tanpa pamrih, RSA Jaury sudah dikategorikan RS swasta self-sustain sejak tahun 1970.Bisa beroperasi dari pendapatannya sendiri. Sejak dioperasikan pertama kali tahun 1963, secara parsial memang selalu ditambah peralatannya. Namun itu tidak dapat mengikuti laju kebutuhan masyarakat. Calon-calon dokter dari FK Unhas yang berpraktek di sana pun kian banyak. Karenanya, Jusuf memancangkan renovasi besar-besaran tahun 1991. Hampir semua gedung dan bangunan di atas lahan tiga hektar itu diruntuhkan secara bertahap kemudian dibangun kembali sesuai syarat sebuah RS yang baik.
Sejak awal prinsipnya, RSA Jaury "tabu"membangun secara vertikal. Ini memungkinkan karena lahan di pusat kota yang dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat dari seluruh penjuru kota itu, masih cukup luas. Juga karena pertimbangan faktor lingkungan yang nyaman. Ruang rawat inap yang dikelilingi lingkungan nan hijau, jauh lebih manusiawi dibandingkan dinding-dinding beton dari bangunan multitingkat.
Menurut Ketua Yayasan, lingkungan yang hijau dan teduh, merupakan bagian dari proses terapi juga. Itu pula sebabnya ruang-ruang rawat inap diberi nama-nama bunga. Sekaligus menghindarkan kesan perbedaan kelas bagi pasien. Sebanyak 198 tempat tidur yang dimilikinya, hanya tersedia 24 tempat untuk kategori VIP. Kalau rumah sakit swasta lain memberikan 25 persen pelayanannya kepada masyarakat yang kurang mampu, menurut Menteri Kesehatan Sujudi, RSA Jaury merupakan RS pertama yang justru hanya memberikan 25 persen bagi masyarakat yang mampu.
***
RSA Jaury sudah memegang predikat terlengkap di kawasan timur Indonesia, sejak tahun 1970. Dan kini lompatan teknologinya semakin canggih. Alat seperti termography scanner (TC Scan) merek ShimadzuSCT-5000 yang dimilikinya, paling modern di Asia Tenggara. Ini bisa digunakan untuk meneliti bagian tubuh seperti otak hanya dalam waktu singkat karena mampu melakukan view (penganalisaan) sampai 800 buah setiap detiknya.
Peralatan modern lain seperti Blood Gas Analyser 288 yang mampumelakukan pemeriksaan gas darah, elektronit darah dan pH darah dalamwaktu relatif cepat. Juga memiliki Tred Mill T 600 yang jugadilengkapi ECG Sicard 460, dan alat observasi pencernaan dan paru-paru lebih teliti serta alat pencuci darah. Obsesi Jusuf untuk melengkapi RSA Jaury dengan peralatan canggih bukan untuk menarik pemasukan dana. Tetapi lebih untuk memberikan pelayanan sesempurna mungkin sehingga para pasien dari daerah jauh di Sulawesi, Ambon atau malah Irian Jaya tidak perlu membuang ongkos lebih banyak jika harus ke Jawa.
"Masalah biaya peralatan yang mahal bukan pertimbangan utama. Yang paling penting adalah bagaimana peralatan modern itu bisa mengobati pasien." Begitu prinsip mantan menhankam/Pangab (1978-1983) itu.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, RSA Jaurytelah menjalin kerja sama dengan Toyota Memorial Hospital, Nagoya,Jepang serta RSP Pertamina Jakarta. Para tenaga medis dikirim kesana untuk belajar. Kecuali itu, Jusuf menginginkan adanya center of medical science. RSA Jaury bukan saja tempat pelayanan kesehatan masyarakat dan praktek bagi calon dokter, tetapi juga menjadi pusat studi bagi dokter yang ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesinya. Pusat studi kedokteran itu membentuk pusat informasi kedokteran yang terdiri atas perpustakaan, dokumentasi dan penerbitan jurnal kedokteran RSA Jaury.
Kedua menyelenggarakan pelatihan di dalam maupun di luar negeri sebagai upaya kaderisasidan kemampuan profesional. Dan seperti yang sudah dimulai dilakukan ialah mengadakan pertemuan ilmiah. Forum itu, dijadikan ajang menambah dan berbagi ilmu. Adalah keinginan Jusuf untuk periode tertentu pihak RSA mengundang dokter yang berprestasi baik dan mengabdi di daerah terpencil untuk tampil membawakan karya ilmiahnya. Kalau ada makalah yang bermutu, atau dokter yang membawakan dianggap cemerlang, RSA Jaury akan memberinya beasiswa studi lanjut ke luar negeri. Semangat, jiwa serta komitmen kerakyatan Jusuf masih terus menyala. Inilah mutiara asli dari timur, di tengah keadaan di mana banyak pelayanan sosial telah tergadai menjadi bisnis komersial. Jusuf tetap seperti yang dulu -- semuanya demi rakyat kecil.
(andi suruji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar